Salah satu bentuk nyata dari upaya internasionalisasi yang secara konsisten dijalankan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro adalah penyelenggaraan program Summer Course tahunan. Pada tahun 2025, program ini memasuki penyelenggaraan yang ke-7 dengan mengusung tema “Community Participation in Public Health: Public Health Through the Lens of Traditional Culture and Local Wisdom”, yang berlangsung sejak tanggal 15 Mei 2025. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi hingga tanggal 24 Mei 2025, dan dilanjutkan dengan penugasan melalui MOOCs hingga Juli 2025.

Program ini merupakan sesi pembelajaran terstruktur yang bertujuan untuk memperluas wawasan peserta mengenai keterlibatan masyarakat dalam kesehatan melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal, sekaligus memberikan pengalaman praktis serta peluang pengembangan kapasitas diri dalam konteks kolaborasi kesehatan lintas budaya.

Kegiatan ini berhasil menarik partisipasi sebanyak 34 peserta yang berasal dari 14 negara berbeda, mencerminkan antusiasme global terhadap isu kesehatan berbasis budaya. Selama 10 hari pelaksanaan, Summer Course 2025 FKM UNDIP menghadirkan 16 modul pembelajaran yang disampaikan oleh 17 narasumber dari berbagai institusi terkemuka, di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, WHO Indonesia, University of Canberra Health Research Institute, Jamu Sumber Husodo, Wahana Bakti Foundation, serta para pengrajin eceng gondok Rawa Pening. Sebagai bagian dari agenda internasional, salah satu modul disampaikan oleh narasumber tamu dari luar negeri, yaitu Dr. Kinley Wangdi dari University of Canberra Health Research Institute yang memberikan paparan mengenai analisis spasial bagi kesehatan masyarakat.

Setiap sesi dalam program ini diwarnai dengan partisipasi aktif para peserta, yang terlibat secara antusias dalam diskusi pada masing-masing modul. Interaksi berlangsung baik melalui pertemuan daring via Zoom maupun secara asynchronous melalui platform MOOC (Massive Open Online Courses), yang memungkinkan fleksibilitas akses pembelajaran.

Para narasumber secara konsisten mengapresiasi semangat dan keaktifan peserta selama sesi berlangsung. Kegiatan ini juga menjadi wadah kolaboratif yang mempertemukan peserta dari beragam latar belakang budaya dan akademik, sehingga membuka peluang untuk memperluas jejaring internasional serta memperkaya perspektif dalam membahas partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan berbasis kearifan lokal.

Sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi aktif dan dedikasi para peserta, pada hari terakhir pelaksanaan Summer Course, tanggal 24 Mei 2025, panitia menyampaikan penghargaan kepada peserta terbaik dan peserta paling loyal.

Penghargaan Peserta Terbaik diberikan kepada Von Kok Yean (Malaysia), Sumayya K. Dandago (Nigeria), dan Bashir M. Mohamoud (Somalia) atas kontribusi dan keterlibatan luar biasa mereka sepanjang program. Sementara itu, penghargaan The Most Loyal Participant dianugerahkan kepada Zohaib Hassan Sain (Pakistan) sebagai bentuk penghormatan atas konsistensinya dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Pada sesi penutupan, Cita Fitria Putri, M.K.M. selaku Ketua Panitia Summer Course FKM UNDIP 2025, menekankan pentingnya pendekatan multidimensi dalam kesehatan masyarakat, khususnya melalui integrasi budaya tradisional dan kearifan lokal sebagai solusi kontekstual terhadap berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat. Ia juga mengajak seluruh peserta untuk terus menjalin kolaborasi bersama FKM UNDIP melalui dua kegiatan internasional berikutnya, yakni Konferensi ICOPH-TCD ke-6 yang akan dilaksanakan pada Juli 2025, serta Summer Course ke-8 yang dijadwalkan berlangsung pada September 2025.

Sementara itu, Dekan FKM UNDIP, Dr. Budiyono, turut menyampaikan harapannya agar kolaborasi yang terjalin dalam program ini tidak berhenti sampai di sini, melainkan dapat berkembang menjadi bentuk kerja sama akademik lainnya di masa mendatang. Beliau juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta dan panitia atas terselenggaranya Summer Course ke-7 ini, khususnya bagi peserta yang tetap aktif mengikuti sesi live meeting meskipun berasal dari wilayah dengan perbedaan zona waktu yang cukup signifikan dengan Indonesia.